2.1
Pengertian Umum Pemasaran
Pemasaran merupakan aktivitas yang penting bila dibandingkan dengan
aktivitas lainnya pada suatu perusahaan. Hal ini disebabkan karena berhasil
atau tidaknya perusahaan dalam berusaha tergantung pada berhasil tidaknya
perusahaan menjual hasil produksinya. Semakin besar jumlah produk yang terjual
semakin besar harapan memperoleh keuntungan yang menjadi tujuan utama
perusahaan.
Menurut W.J Stanton (1975, 51), pemasaran merupakan keseluruhan
aktivitas perdagangan yang meliputi
penjualan, pembelian, pergudangan atau penyimpanan, dan promosi. Pergudangan
mencakup kegiatan memelihara atu menjaga barang yang akan dijual tidak
mengalami kerusakan atau turun kualitasnya sehingga benar-benar dapat memuaskan
pembeli. Jika memungkinkan, dalam penggudangan diadakan pengolahan lebih lanjut
dan pemeliharaan sehingga dapat meningkatkan potensi penjualan. Disini perlu
ditetapkan aturan mengenai bagaimana barang yang dibutuhkan oleh bagian penjualan
untuk segera dikirim ke pelanggan dapat berjalan lancar, hemat biaya, dan
memuaskan pelanggan.
Secara umum pengertian pemasaran adalah tindakan yang menyebabkan
berpindahnya hak milik atas barang dan jasa dari penjual kepada pembeli yang
menimbulkan distribusi fisik atas barang tersebut. Sasaran akhir setiap usaha
pemasaran adalah menempatkan barang atau jasa ke tangan konsumen akhir. Pada
koperasi sebagian besar konsumennya adalah para anggotanya sendiri.
Fungsi pemasaran meliputi hal-hal berikut:
1)
Fungsi pertukaran, yaitu menjual dan membeli baik bahan baku maupun barang
jadi.
2)
Fungsi pengadaan fisik barang dagangan yang meliputi pengangkutan dan
penyimpanan, termasuk transfer sementara.
3)
Fungsi pemberian jasa yaitu menanggung risiko, standarisasi, dan informasi
pasar.
Di dalam informasi pasar terdapat hal-hal yang sangat penting yaitu,
·
Produk apa yang akan dijual dalam waktu tertentu serta berapa jumlahnya
untuk masing-masing jenis barang.
·
Produk apa yang dibeli oleh pelanggan tertentu.
·
Perincian mengenai jenis dan kualitas masing-masing barang, harga barang
yang diinginkan pembeli, dan syarat pembeliannya apakah dengan cara kontan atau
kredit. Selain itu, harus juga diketahui lokasi tempat tinggal para konsumen
dan saluran penjualan yang diinginkan, apakah secara langsung dari penjual ke
pembeli atau lewat pedagang perantara yang ada atau melalui makelar.
·
Prefernsi produk dari para konsumen atau calon konsumen.
·
Motivasi mereka membeli barang, apakah ada kegunaan yang utama atau tidak
dari barang yang mereka beli.
Philip Kottler menyatakan bahwa manajemen pemasaran
merupakan analisis, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program-program
yang dirancang untuk menciptakan, membangun, dan mempertahankan pertukaran yang
menyenangkan dengan pasar, agar tujuan organisasi tercapai. Kegiatan pemasaran
dimulai dari perencanaan tentang produk,
kemudian memproduksi serta menyalurkan produk atau jasa tersebut ke
tangan konsumen untuk dikonsumsi.
2.2
Tiga Pendekatan Pemasaran
Terdapat tiga pendekatan dasar yang digunakan oleh pemasaran dalam
menguraikan sistem pemasaran (pendekatan pemasaran) yaitu :
1)
Pendekatan komoditi (comodity approach), yaitu mempelajari teknik pemasaran
yang lebih baik dengan cara menyelidiki seluk beluk barang yang dapat dirasa
oleh pembeli seperti kualitas barang, harga, merk dan periklanan.
2)
Pendekatan kelembagaan (institutional approach), yaitu pendekatan yang
membahas peranlembaga atau badan yang memindahkan barang atau jasa dari
produsen ke konsumen, baik secara langsung maupun tidak langsung. Badan yang
menyalurkan secara langsung ini dikenal dengan istilah saluran distribusi,
yaitupedagang perantara sperti agen, pedagang besar, dan pengecer. Badan yang
menyalurkan secara tidak langsung adalah badan yang mendukung kegiatan
pemasaran seperti biro iklan, reklame, media cetak dan sebagainya.
3)
Pendekatan fungsional (functional approach), yaitu pendekatan dan aktivitas
pokok atau fungsi pokok pemasaran yang telah dilaksanakan oleh sistem
pemasaran. Disini berarti bahwa semua proses kegiatan pokok dari awal sampai
akhir.
2.3
Koperasi Sebagai Lembaga Pemasaran
Lembaga yang mengadakan kegiatan pemasaran, menyalurkan barang danjasa dari
produsen ke konsumen, serta mempunyai hubungan organisasi satu dengan yang lain
disebut sebagai lembaga pemasaran. Lembaga-lembaga inilah yang melaksanakan
fungsi pemasaran sehingga terpenuhi segala kebutuhan konsumen. Unsur-unsur
pemasaran yaitu produsen, lembaga distribusi, konsumen dan pemerintah,
diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam penyempurnaan sistem pemasaran sehingga
lebih efisien.
Koperasi yang angota-anggotanya terdiri dari para produsen, terutama
produsen kecil disebut sebagai koperasi produsen. Jadi sebagian besar
amggotanya membuat barang yang jenisnya sama yang lokasi usahanya reletif
berdekatan. Para anggota ini memebutuhkan bahan baku dalam membuat barang.dalam
haql ini koperasi dapat berfungsi sebagai koordinator pembelian, yaitu
membelikan bahan baku kebutuhan mereka secara bersama-sama serta kebutuhan
alat-alat produksi dan bahan-bahan yang lain yang diperlukan oleh para
anggotanya. Karena pembelian ini dilakukan secara bersama-sama dalam jumlah
besar, maka koperasi dapat berhubungan langsung dengan produsen bahan baku
tersebut, guna merundinhkan masalah potongan harga sehingga barang-barang
tersebut dapat dibeli secara lebih murah.
Dengan demikian koperasi bermanfaat bagi para nggotanya, yaitu dapat
membelikan atau melayani kebutuhan bahan baku para anggota dengan kualitas yang
terjamin, jumlah yang cukup, harga yang murah, dan waktu yang sesuai. Untuk
selanjutnya kita akan membahas koperasi produsen dimana keadaan yang lebih
penting sekarang adalah bagaimana menjual hasil produksi mereka. Penjualan
merupakan starting point atau titik awal untuk memulai usaha atau
mempertimbangkan seluruh kegiatan
perusahaan penjualan pada koperasi produsen hampir seluruhnya dilakukan kepada
nonanggota dimana persaingan lebih besar dan lebih banyak. Apabila produsen
merupakan anggota koperasi yang melakukan penjualan nonkoperasi, disini
koperasi harus pendai melakukan manajemen penjualan yang baik.
Berdasarkan prinsip identitas dari koperasi, yaitu anggota koperasi
adalahsebagai pemilik dan sekaligus pelanggan, maka pemberian pelayanan kepada
anggotanya harus benar-benar memuaskan. Pelayanan tersebut harus benar-benar
memuaskan pelayanan tersebut dapat diebrikan dengan beraneka ragam yaitu:
1)
Pelayanan sepenuhnya pada anggotanya saja.
2)
Pelayanan terutama diberikan kepada anggota, disamping kepada nonanggota.
3)
Memberikan pelayanan yang sama, baik kepada anggota maupun pada nonanggota.
4)
Kombinasi dari tiga alternatif tersebut diatas.
Segmen pembeli dimana yang akan tercakup dari keempat
variasi diatas, tergantung dari jenis barang, daerah penjualan, kemampuan
pelayanan, dan keinginan koperasi itu sendiri sesuai mandat dari keputusan
rapat anggota.
2.4
Kelemahan Pemasaran Koperasi
Secara umum penjualan bagi perusahaan merupakan kuci keberhasilan untuk
maju. Hal ini juga berlaku bagi koperasi, terutama yang bergerak dala bidang
perdagangan atau yang memproduksi jenis-jenis barang-barang tertentu. Jika
koperasi di indonesia dinilai belum maju, maka salah satu penyebabnya adalah
belum lancarnya pemasaran.beberap faktor yang menjadi penyebab tertinggalnya
badan usaha koperasi dibandingkan perusahaan lainnya, dapat dilihat dari aspek
pemasarannya, seperti:
1)
Biaya pengolahan input relatif tinggi sedangkan harga penjualan output
kurang memadai. Hal ini menyebabkan koperasi kurang mampu bersaing.
2)
Kualitas barang yang dihasilkan (peoduksi) masih kurang baik sehingga para
pelanggan banyak yang kurang puas.
3)
Barang hasil produksi kurang dikenal karena belum banyak dipromosikan.
4)
Lokasi tempat penjualan sering kurang strategis, jauh dari tempat pembeli
dan angkutan dari tempat tersebut sulit untuk dicapai sehingga menimbulkan rasa
enggan dari pembeli.
5)
Lemahnya permodalan dalam membiayai pemasaran yang lebih luas dan intensif.
6)
Tingkat marjin keuntungan yang diterima koperasi sangat kecil karena usaha
pemasaran yang relatif panjang, terutama dalam saluran distribusi antara
produsen dengan koperasi dan antara koperasi dengan pembeli termasuk pembeli
nonkoperasi.
7)
Terbatasnya informasi dan data mengenai sumber input yang dapat
dimanfaatkan oleh koperasi, termasuk tata cara pengadaannya.
8)
Rendahnya tingkat pengetahuan dan keterampilan para anggota terhadap
pemasaran serta pemahaman pasar, karena sebagian besar anggota koperasi adalah
para petani kecil, pedagang kecil, peternak, dan nelayan kecil. Pihak koperasi
sendiri belum memiliki tenaga pemasaran yang profesional dalam menjalankan
fungsinya sebagai koordinator lapangan.
9)
Kurangnya informasi pasar bagi koperasi yang meliputi informasi preferensi
produk para pelanggan, informasi harga, informasi mengenai jenis dan kualitas
barang, selera dan kemampuan calon konsumen, motivasi pembeli serta
teknik-teknik penjualan yang baik.
10) Para anggota sebagai individu, pateni atau produsen,
industri kecil dan peternak kecil lebih menyukai pergi sendiri ke pasar,
bertransaksi langsung dengan pembelinya, dan belum banyak memanfaatkan
keuntungan dengan menjual bersama, atau melalui koperasi, pihak koperasi
sindiri juga belum banyak berinisiatif menampung hasil produksi para anggota
untuk menjual bersama-sama dengan harga yang lebih pantas.
11) Daerah pemasarannya masih bersifat lokal dan belum mampu
menembus pasaran yang lebih luas lagi, misalnya pasar kenegara lain.
2.5
Efisiensi Pemasaran
Kegiatan pemasaran selalu diusahakan agar dapat memenuhi preferansi
konsumen. Apabila dilihat dari sudut pemasaran koperasi, maka koperasi harus
dapat memenuhi prefernsi anggota. Namun semua kegiatan pemasaran itu harus tetap
berorientasi pada efisisen. Menurut Saleh Safrandji, untuk mencapai efisiensi
ini harus diperhatikan dua hal pokok, yaitu:
1)
Memantapkan loyalitas anggota dalam hal jual beli barang yang dibutuhkan
oleh para anggota melalui koperasi.
2)
Memantapkan partisipasi anggota dalam akumulasi modal, penghasilan, dan
inisiatif perbaikan produk, pelayanan, harga dan biaya.
Dengan mempertimbangkan hal-hal di atas, maka tantangan
yang akan dihadapi koperasi, terutama koperasi di pedesaan sepert KUD, adalah
mengurangi tingkat ketergantungan dalam memilih harga, penyalur, ongkos, bahan,
dan lain-lain. disini diperlukan para pembina koperasi dalam hal seperti:
1)
Mengkaji dan mengembangkan, terutama untuk komoditi pertanian,pasar antar
desa-kota untuk menjaga sumber daya kelembagaan agar skala usaha lebih
meningkat.
2)
Koperasi dapat menigkatkan kemampuan bisnisnya (business power) secara
lebih efisien dan efektif, misalnya dengan konsep sistem operasional yaitu
ketrkaitan timbal balik antara manajer dan anggota koperasi.
3)
Koperasi bertindak sebagai penyusun inisiatif atau integrator agar dapat
merangsang tumbuhnya pasar secara lebih luas.
Apabila peranan tersebut sudah dijalankan, maka dapat
diharapkan peningkatan kegiatan pemasaran antar desa – kota secara seimbang
yang sudah dirintis oleh koperasi, khususnya koperasi pedesaan. Secara lebih
luas manajemen koperasi yang berhasil menigkatkan pemasaran akan membantu
mengembangkan pertumbuhan ekonomi dan memeratakan pembangunan ekonomi.
2.6
Operasional Pemasaran Bagi Koperasi
Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh koperasi mencakup fungsi penjualan,
pembelian, dan promosi. Bila pelaksanaan terhadap ketiga fungsi ini sudah tepat
maka akan mempunyai dampak yang kuat terhadap manfaat dan kepuasan yang
dihasilkan oleh koperasi bagi anggotanya, termasuk nonanggota. Besarnya manfaat
dan kepuasan itu akan berpengaruh terhadap intensitas usaha koperasi dan
anggota, sehingga mempengaruhi besar kecilnya SHU koperasi.
Di sini dapat disimpulkan bahwa kualitas koperasi banyak ditentukan oleh manfaat
yang dapat diperoleh bagi anggotanya maupu pemiliknya. Partisipasi dan loyalits
anggota akan makin meningkat apabila manfaat atau keuntungan yang diperoleh
dari koperasi lebih baik dibanding dari nonkoperasi. Manfaat yang langsung
diterima anggota dapat berwujud atau tercermin dari produksi, harga, pelayanan,
informasi pasar, promosi dan lain-lain.
1)
Fungsi penjualan
Fungsi ini banyak dilakukan oleh koperasi produsen dimana
anggotanya adalah para produsen yang memproduksi barang yang sejenis dan mereka
dapat menjualnya secara sendiri-sendiri ke pasar. Di samping itu di antara
mereka dapat terjadi pula persaingan untuk menguasai pasar meskipun mereka
adalah teman. Tetangga, dan sesama anggota koperasi. Mereka juga sering
dipermainkan oleh para pembeli karena mereka berjalan secara sendiri-sendiri,
sehingga menjadi lemah terutama apabila pembelinya adalah para pedagang
pengumpul. Akibatnya para pengusaha ini sulit untuk mendapat keuntungan yang
lebih besar. Di sini koperasi dapat menjadi dewa penyelamat dengan menolong
nasib para petani kecil, pengrajin kecil, dan nelayan yang lemah. Salah satu
caranya adalah dengan mengumpulkan atau menampung hasil produksi mereka, atau
kalau perlu menyimpannya dulu atau mengolahnya, baru pada kondisi yang baik
dijual kepasar dengan harga yang pantas.
Manfaat lainnya dapat menghemat biaya seperti biaya
transportasi, promosi, dan biaya tenaga penjualan. Apabila penjualan dilakukan
sendiri-sendiri, maka semua biaya
pemasran kan mereka tanggung sendiri-sendiri. Hal ini akan lebih murah apabila
dilakukan secara bersama-sama oleh koperasi, sehingga penjualan dapat dihemat.
Koperasi diharuskan mempunyai tenaga penjualan sendiri
yang profesional sehingga mampu mencari terobosan dalam melakukan penjualan, menghubungi
pemerintah, dan menghubungi perusahaan yang lebih besar sebagai bapak angkat
atau sebagai mitra kerja sama. Kerja sama ini dapat juga dilakukan dengan
koperasi lain atau dengan koperasi swasta yang sekiranya dapat membantu
penjualan. Apabila tenaga pemasaran yang profesional belum ada, koperasi dapat
mengirimkan karyawannya untuk dididik serta dilatih di lembaga-lembaga
pendidikan yang ada misalnya pada akademi Koperasi, IKOPIN, di Fakultas Ekonomi
atau di Koperasi Jasa Manajemen (KJM) yang secara profesional memberikan
pengarahan pembinaan, dan keterampilan tentang pemasaran serta perkoperasian.
2)
Fungsi Pembelian
Fungsi ini dapat dilakukan oleh jenis koperasi produsen
dalam rangka membeli bahan baku dimana para pengrajin atau pengusaha kecil
sering melakukannya secara sendiri-sendiri dan dalam jumlah yang tidak terlalu
besar. Akbitnya, tidak jarang terjadi mereka menganggur karena bahan baku
kosong atau tidak tersedia di pasaran pada hari tersebut. Selain itu para
penjual bahan baku juga sering memainkan harga seperti menetapkan harga dengan
seperti mereka menetapkan harga dengan seenaknya karna merek tahu bahwa pembeli
bahan ini sangat membutuhkan. Tingginya bahan baku ini lebih terasa lagi pada
produk pertanian yang sifatnya tergantung musim, misalnya mlinjo untuk membuat
emping. Bagi para petani yang sangat membutuhkan pengadaan pupuk, obat
penyemprot hama, dan bibit juga tergantung kepada para pedagang yang sengan
mengambil keuntungan yang besar. Dalam hal ini koperasi sangat besar manfaatnya
bagi anggota jika dapat mengkoordinir pembelian barang yang sangat dibutuhkan,
misalnya bahan baku diproduksi atau disediakan bersama. Sebagai contoh konkrit
yang banyak dialami KUD, seperti para petani kecil, petani cengkeh,nelayan
kecil, dan industri kecil dimana produksi mereka sudah naik namun sulit
memperoleh harga jual yang memadai. Keuntungan yang dapat diperoleh koperasi
dan anggota dapat disimpulkan sebagai berikut:
a)
Kebutuhan akan bahan baku dapat ditangani sepanjang waktu karena
pengadannya ditangani koperasi sekaligus mendistribusikannya.
b)
Kualitas bahan baku dapat dipercaya memenuhi syarat yang diperlukan
anggotanya.
c)
Harga barang dapat lebih murah jika mereka mampu memperpendek saluran
distribusinya, artinya dapat mencari sumber bahan baku (langsung ke produsen),
jadi tidak banyak pedagang perantara yang dilewatkan.
d)
Jika anggota tidak mempunyai modal, mereka dapat mengambil dulu barngnya
sedangkan pembayarannya belakangan.
e)
Kalau usaha tersebut memperoleh keuntungan hal ini menjadi milik koperasi.
Besar kecilnya keuntungan ini akan mempengaruhi SHU yang akan dibagikan kepada
para anggotanya. Yang menjadi anggota adalah mereka yang membeli dengan kata
lain memberikan laba untuk dirinya sendiri dan sesama anggota.
Koperasi yang kegiatan utamanya menyediakan kebutuhan sehari-hari
bagi para anggota disebut koperasi konsumsi. Jika koperasi ini melakukan
pembelian secara bersama-sama dan dalam jumlah besar langsung ke sumbernya,
mereka akan mendapatkan rabat atau potongan harga sehingga leboh murah,
koperasi ini juga bekerja sama dengan perusahaan atau koperasi lain yang
memproduksi barang yang dibutuhkan sehingga kualitas barang yang dibeli oleh
anggota lebih terjamin. Kesinambungan pengadaannya juga dapat diandalkan karena
koperasi juga dapat menyimpan barang-barang yang bersifat musiman.
Bagi para anggota koperasi yang membutuhkan barang tetapi
tidak memliki uang karena modalnya kecil, mereka dapat membelinya ke koperasi
dengan bunga rendah dan syarat yang mudah.
3)
Fungsi Promosi
Jika pasar semakin dipenuhi dengan persaingan, maka
dituntut usaha-usaha dari para penjual untuk secara lebih intensif menghubungi
para pembeli atau calon pembeli. Salah satu caranya adalah dengan promosi.
Kondisi pasar sekarang menuntut koperasi untuk mulai mengadakan promosi.
Promosi bila dilihat dari segi biaya memang mahal, tetapi yang akandiperoleh
bagi keberhasilan penjualan juga sangat besar. Salah satu cara promosi yang
murah adalah dengan mengadakan promosi bersama. Koperasi mempunyai kesempatan
yang lebih baik dalam mendekati para produsen dan pengrajin, sehingga dapat
mengkoordinir pelaksanaan promosi bersama dengan cara yang lebih murah dan
sehat, seperti:
a)
Menyelenggrakan pasar murah bersama
b)
Menyelenggrakan pameran bersama atas hasil produksi barang-barang sejenis.
c)
Menyelenggrakan peringatan hari besar bersama-sama dengan instansi yang
terkait, sambil menggunakan kampanye penggunaan alat-alat yang dihasilkan oleh
koperasi setempat
d)
Membuat leaflet, brosur, buku petunjuk, dan katalog spanduk secara
bersama-sama
e)
Memasang iklan di harian, majalah, atau di radio-radio dengan secara
gabungan sehingga biayanya dapat dihemat
f)
Meminta bantuan kepada pemerintah daerah atau departemen perdagangan dan
perindustrian, untuk membantu memasarkan barang-barang keluar daerah atau
bahkan ke luar negeri atau ke pasar internasional.
g)
Setiap menjelang tahun baru dapat membuat kalender secara bersama-sama.
Kalender tersebut hendaknya membuat gambar-gambar hasil produksi dan alamat
koperasi secara jelas, beserta informasi lainnya yang memudahkan bagi para calon
pelanggan yang membutuhkannya.
h)
Menawarkan barang secara langsung ke perusahaan besar yang membutuhkannya
sebagai bahan mentah (sebagai subkontraktor).
2.7
Peranan Koperasi Dalam Pemasaran
Di samping tiga fungsi yang telah diuraikan sebelumnya, masih ada peranan
koperasi yang dapat ditonjolkan, yaitu:
a)
Mempersingkat saluran pemasarn baikpasar pembelian maupun pasar penjualan,
sehingga marjin yang dikeluarkan oleh barang tersebut bagi penyalurnya dapat
dihemat. Dengan kata lain, harga dapat lebih murah atau dapat meningkatkan laba
koperasi. Hal ini juga dapat dilakukan dengan menggantu fungsi penyaluran yang biasanya dilakukan oleh nonkoperasi.
b)
Agar para pengrajin, petani, dan produsen anggota koperasi tidak hanya
menggantungkan pada suatu usaha/ satu komoiti, maka koperasi harus
mengembangkan diversifikasi produk yang dihasilkan. Cara-caranya antara lain
dengan pemebrian penyuluhan kepada anggota, mengerjakan pascapanen, mengadakan
koordinasi dengan instansi terkait.
c)
Informasi pasar, baik pasar input maupun pasar output/ produk jadi, kepada
anggota harus sederhana dan cepat. Informasi ini dapat berwujud:
·
Harga jual yang baik.
·
Kualitas dan jenis barang yang disenangi konsumen atau calon konsumen.
·
Lokasi daerah calon pelanggan.
·
Informasi cara menghemat biaya pemasaran.
·
Informasi sumber bahan baku, harga, kualitas yang baik dan murah.
·
Lain-lain hal-hal yang berkaitan dengan pemasaran barang; daya beli, waktu
pembelian, masa-masa kebutuhan, dan lain sebagainya.
Dalam pelaksanaan
tata kerja ini, apakah ditangani koperasi sendiri atau beberapa koperasi secara
bersama-sama diperlukan iklim kerja sama yang lebih baik dan lebih kompleks,
tetapi dengan biaya yang murah. Menurut Surahman Sunawihardja, memang perlu
dibentuk lembaga khusus mengenai fungsi informasi pasar ini. Hal ini merupakan
pekerjaan yang besar dan sangat penting untuk memecahkan kendala pemasaran
koperasi. Jadi beberapa koperasi secara bersama membentuk pusat informasi pasar
bagi koperasi (PIPK = Cooperative market information centre). PIPK yang terdiri
dari para ahli pemasaran inimengadakan penelitian yang intensif tentang seluk
beluk pemasaran barang yang diperlukan dan dihasilkan oleh para koperasi
anggota PIPK. Hasil penelitian tersebut harus disebarluaskan kepada para
anggota koperasi.
Salah satu tindakan
penting pada bagian pemasaran adalah mengadakan temuan rutin staf pemasaran
lengkap. Dalam pertemuan itu dibahas tentang maju mundurnya pemasaran lengkap,
pemasaran koperasi, hambatan-hambatan yang dihadapi, dan potensi yang
dapatdikembangkan.
Monday, February 12, 2007
Oleh Widya K.
Penduduk Desa Kemawi, desa yang berada di perbukitan Serayu Selatan ini sudah sepatutnya bersyukur atas rahmat dan karunia Sang Pencipta yang telah menumbuhkan berbagai jenis tanaman dari tanah-tanah pekarangan maupun kebunnya sebagai sumber kehidupannya. Desa ini berpenduduk 5.530 orang yang terbagi dalam 1.378 KK., sebagian besar menjalani profesi sebagai petani dan pengrajin gula kelapa, sehingga sektor pertanian niscaya menjadi tumpuan penghidupan utama bagi mereka. Kemawi, memang cukup beruntung, setelah sempat berjaya dengan komoditas cengkeh pada akhir 80-an, meskipun belum ada komoditas yang diakui masyarakat dapat menggantikan, namun beranekaragam jenis tanaman yang saat ini dibudidayakan telah dapat memberikan kontribusi pendapatan yang cukup layak bagi kelangsungan hidup keluarga petani.
Berdasarkan survey pemasaran produk pertanian yang dilakukan Babad, diketahui bahwa sedikitnya terdapat 21 produk pertanian yang biasa diperdagangkan di Kemawi dengan volume/jumlah produksi yang masih terbatas hingga yang melimpah ruah, sehingga saat pada musim panen tertentu (panen raya) seringkali dihargai murah oleh tengkulak[1] maupun pengepul.[2] Sebagian besar produk yang dihasilkan Kemawi berasal dari tanaman tahunan, karena kondisi ekofisiologisnya, dengan tanah podzolik merah kuning dan kondisi iklim dataran tinggi kering yang ada lebih mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut dibandingkan tanaman pangan dan sayuran yang banyak di budidayakan di wilayah lain di Kec. Somagede. Kondisi ini justru menguntungkan, karena beberapa komoditas seperti pala, cengkeh, kopi, melinjo, durian, duku dan jahe menjadi jenis komoditas unggulan yang jarang bahkan tidak ditemui di wilayah Kabupaten Banyumas lainnya.
Walaupun, tidak menghasilkan tanaman padi sebagai bahan makanan pokok, penduduk Kemawi tetap bisa membiayai kebutuhan pangan harian dari hasil penjualan gula kelapa. dan warung hidup yang dikelolanya di sekitar rumah (pekarangan). Rata-rata kepala keluarga (KK) dapat memproduksi gula kelapa sebanyak 3-4 kg per hari. Sementara itu, tanaman palawija (kacang tanah, ketela pohon); tanaman obat (jahe); tanaman rempah (pala, cengkeh, kopi, lada); tanaman hutan (melinjo, petai, jengkol) dan tanaman buah-buahan (duku, durian, kelapa) menjadi sumber pemasukan lain bagi kebutuhan yang lebih besar seperti biaya sekolah, biaya kesehatan dan pemeliharaan rumah. Adapun, tanaman kayu (albasia, jati, mahoni, sonokeling, akasia) baru dipanen saat petani membutuhkan biaya dalam jumlah besar, seperti investasi (membeli tanah, sawah), pernikahan, kesehatan, dan pembangunan rumah.
Roda perekonomian pada sektor pertanian berjalan dengan adanya jual-beli antara petani sebagai produsen dengan lembaga pemasaran (tengkulak, pengepul). Sebagian besar tengkulak merupakan penduduk Kemawi, sehingga sebagian besar dari mereka juga menjadi pemilik warung untuk menyediakan kebutuhan petani sehari-hari. Jadi ketika mereka membeli hasil petani, terutama gula kelapa, biasanya dibarter/ditukar dengan barang yang dibutuhkan oleh petani. Berdasarkan Kecamatan Somagede dalam Angka Tahun 2005, di Kemawi terdapat 43 warung yang tersebar di 16 dusun, maka di setiap dusun terdapat sekitar 2-3 warung. Menurut Pujo, salah satu pedagang di dusun Cerean, transaksi atau jual-beli yang lazim dipraktekannya adalah tebas atau ijon. Menurut penuturannya, tanaman yang sering dijual secara tebas oleh petani adalah cengkih, petai, jengkol, pala, melinjo, durian, dan duku jika hasil produksi tanamannya melimpah; dan kayu jika jumlahnya sedikit. Khusus, untuk komoditas cengkih, pala dan melinjo, ia melakukan nilai tambah dengan menguliti buah dan pengeringan, sehingga harga jual ke pengepul menjadi lebih tinggi. Pada musim panen raya, ia bisa mengepul 1 ton buah cengkeh basah dan sekitar 5 kuintal pala basah. Sementara itu, tanaman yang sering di-ijon-kan oleh petani adalah cengkih dan pala. Praktek ini dilakukan jika ada petani yang sedang benar-benar membutuhkan uang, sehingga semata-mata bukan untuk mencari keuntungan akan tetapi juga memberikan bantuan.
Menurut Junaedi, Ketua KSM Sekar Kuning, budaya tebas dan ijon, telah menjadi hal yang akrab bagi petani Kemawi, bahkan telah mendarah daging. Petani lebih menyenangi menjual secara tebas karena mereka tidak perlu melakukan pekerjaan tambahan (pemetikan hasil) ketika panen tetapi sudah langsung menerima uang cash, “nyingget pegawean Mbak, dadi bisa nyekel gawean liyane” ujarnya sambil tersenyum. Alasan lain yang sering diutarakan untuk lebih memperkuat pilihan cara penjualan tebas adalah mereka membutuhkan sejumlah uang yang harus dipenuhi dalam tempo waktu yang cepat.”Dadi nek wohe wis katon abang-abang utawa mateng , ya cepet-cepet bae ditawakna maring tengkulak Mbak, apa maning nek wis kudu mbayar utang, yang langsung bae cepet-cepet didol,” penjelasannya lebih lanjut. Beberapa petani, seiring dengan perbaikan infrastruktur jalan dan kemudahan untuk memperoleh akses kendaraan kredit pun memilih untuk menjual langsung hasil buminya ke Pengepul di Kecamatan. Dua sentra pengepul yang sering dikunjungi petani maupun tengkulak Kemawi adalah Sokawera dan Somagede. Infrastuktur jalan yang telah diperbaiki pada akhir 2003, diakui sangat berkontribusi dalam pemasaran produk mereka karena bisa lebih mendekatkan mereka ke pasar (jarak Desa Kemawi ke pasar terdekat sekitar 10 km) dan memudahkan mereka dalam memperoleh informasi pasar produk. Pak Junaedi mencontohkan, Saat panen petai kemarin ia bisa mengetahui harga jual petai di Sumpiuh lebih mahal dibandingkan Sokawera yaitu Rp 6.000,- per bendel, jadi terdapat selisih Rp 1.000,- per bendel dibandingkan harga yang ditawarkan oleh Pengepul di Sokawera Rp 5.000,-, walupun sebenarnya harga keduanya sangat murah. Hal ini memang salah satu kelemahan produk pertanian, karena produk pertanian yang cenbderung homogen dan diproduksi secara massal mudah diperoleh dari produsen (petani) mana saja, sehingga jika petani menaikkan harga, pembeli dapat mencari dari produsen laiinya. Walaupun melakukan penjualan sendiri ke pengepul, sebagian besar produk pertanian tetap dijual secara mentah karena mereka “sungkan” (tidak telaten) untuk melakukan pasca panen produk. Walaupun, harga beli yang diterima murah, dan sering dikeluhkan, praktek ini tetap dijalankan hingga sekarang.
Salah satu tengkulak (pengepul di tingkat desa) yang sudah memulai usahanya sekitar tahun 1985, Salud, menuturkan, sekitar awal tahun 2002, persaingan pemasaran di wilayah Kemawi cenderung lebih berat. Hal itu disebabkan banyak tengkulak baru yang mulai ikut bermain untuk turut mengais rezeki. Pria yang telah menekuni profesi pedagang selama 13 tahun ini menuturkan bahwa saat ini, dia mengkhususkan diri untuk menampung hasil gula kelapa dari petani di sekitar tempat tinggalnya (dusun Wanacala,Wanasari dan Wates) untuk dipasarkan ke luar kota, Yogyakarta dan dijual ke pengepul kecamatan, Pak Hodo, di Somagede. Sebelumnya, ia juga mengepul berbagai macam produk pertanian yang dihasilkan di Kemawi seperti petai, cengkeh, melinjo, jengkol, duku, kayu dan sebagainya, bahkan ia mendatangi lokasi-lokasi panen di wilayah Kemawi untuk mencari barang. Ketika itu, ia bisa mengepul hingga 0,9-1 ton melinjo per hari, atau cengkeh sekitar 1 kwintal basah per hari. Khusus, komoditas gula kelapa, per hari tidak kurang dari 4 kwintal dapat ditampungnya, bahkan pada saat tertentu ia bisa mengepul sebanyak 9 kuintal per hari. Namun, saat ini dapat mengepul gula kelapa sebanyak 2,5 kuintal saja sudah disyukuri. “Yah rejeki kan kudu dibagi-bagi ya Mbak, masak sing liyane mlarat bae, inyong dhewek-dhewek makmur kan kurang bener”, candanya. Untuk mempertahankan petani pemasok gula, mau tidak mau ia harus menyediakan uang untuk memenuhi kebutuhan petani terlebih dahulu. Nampaknya, ini pilihan satu-satunya untuk mempertahankan produsen gula, ujarnya sambil tertawa. Diakui, olehnya semenjak perbaikan infrastruktur jalan, mulai banyak penduduk Kemawi yang menjual langsung dagangannya ke pengepul di bawah (Sokawera dan omagede) dengan motor kreditan, mengurangi pendapatannya. Untuk tambal sulam, pendapatan yang hilang, karena petani kini tidak lagi menjual barang kepadanya, ia kini menjual jasa transportasi.
Ditanya tentang praktek ijon, pria beranak tiga ini, menuturkan, bahwa dirinya sudah jarang sekali melakukannya. Menurutnya, praktek ijon lebih banyak menguntungkan salah satu pihak, sehingga pihak lain banyak dirugikan. Ia melakukan ijon, jika kondisi petani yang meminta ijon memang benar-benar membutuhkan. Menurutnya, keuntungan ijon mirip riba, sedangkan riba diharamkan oleh agama, jadi ketika ia melakukan ijon. Beberapa petani mulai meninggalkan praktek ijon saat ini, tambahnya.
Nampaknya praktek-praktek jual-beli atau pemasaran produk pertanian yang ada di Kemawi, sudah sedemikian mapan sebagai pilihan cara terbaik petani menjual produknya kepada pembeli. Bahkan ketika petani sebenarnya merasa dirugikan dengan nilai tukar rendah dari tengkulak/pengepul, mereka tetap memilihnya, karena tidak ada alternatif cara lain yang lebih baik atau menjanjikan bahwa cara lain ini dapat memberikan nilai tukar yang lebih tinggi bagi produk mereka. Selain itu, akses dan informasi pasar yang lebih luas juga belum bisa diperoleh oleh petani, disamping sifat individual petani untuk melakukan jual-beli. Transaksi yang terjadi memang tidaklah sesederhana tentang petani menjual produk kepada orang lain, akan tetapi rentetan ketergantungan petani kepada tengkulak/pengepul juga merupakan salah satu jerat yang sulit untuk dilepaskan begitu saja oleh petani, seperti pinjaman atau kredit dari lembaga pemasaran yang bersifat mengikat sehingga memperlemah kedudukan petani dalam proses penentuan harga. Pola pikir yang ada dan gaya hidup yang dipilihnya ikut berkontribusi di dalamnya, sehingga pengelolaan aset-aset yang dimiliki habis untuk membiayai pola dan gaya hidup konsumtif.
Untuk permasalahan pemasaran di Kabupaten Banyumas secara luas, nampaknya Pemda melalui Dinas terkait belum bisa menjembatani kebutuhan ini. Pasar lelang Barlingmascakeb sepertinya belum bisa menyentuh persoalan mendasar petani, seperti penyediaan akses pasar dan bagaimana meningkatkan posisi tawar petani dalam pasar. Beberapa hal yang telah diperankan Dinas terkait untuk meningkatkan posisi tawar petani adalah program pelatihan pasca panen untuk memberikan nilai tambah pada bentuk. []
Penduduk Desa Kemawi, desa yang berada di perbukitan Serayu Selatan ini sudah sepatutnya bersyukur atas rahmat dan karunia Sang Pencipta yang telah menumbuhkan berbagai jenis tanaman dari tanah-tanah pekarangan maupun kebunnya sebagai sumber kehidupannya. Desa ini berpenduduk 5.530 orang yang terbagi dalam 1.378 KK., sebagian besar menjalani profesi sebagai petani dan pengrajin gula kelapa, sehingga sektor pertanian niscaya menjadi tumpuan penghidupan utama bagi mereka. Kemawi, memang cukup beruntung, setelah sempat berjaya dengan komoditas cengkeh pada akhir 80-an, meskipun belum ada komoditas yang diakui masyarakat dapat menggantikan, namun beranekaragam jenis tanaman yang saat ini dibudidayakan telah dapat memberikan kontribusi pendapatan yang cukup layak bagi kelangsungan hidup keluarga petani.
Berdasarkan survey pemasaran produk pertanian yang dilakukan Babad, diketahui bahwa sedikitnya terdapat 21 produk pertanian yang biasa diperdagangkan di Kemawi dengan volume/jumlah produksi yang masih terbatas hingga yang melimpah ruah, sehingga saat pada musim panen tertentu (panen raya) seringkali dihargai murah oleh tengkulak[1] maupun pengepul.[2] Sebagian besar produk yang dihasilkan Kemawi berasal dari tanaman tahunan, karena kondisi ekofisiologisnya, dengan tanah podzolik merah kuning dan kondisi iklim dataran tinggi kering yang ada lebih mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut dibandingkan tanaman pangan dan sayuran yang banyak di budidayakan di wilayah lain di Kec. Somagede. Kondisi ini justru menguntungkan, karena beberapa komoditas seperti pala, cengkeh, kopi, melinjo, durian, duku dan jahe menjadi jenis komoditas unggulan yang jarang bahkan tidak ditemui di wilayah Kabupaten Banyumas lainnya.
Walaupun, tidak menghasilkan tanaman padi sebagai bahan makanan pokok, penduduk Kemawi tetap bisa membiayai kebutuhan pangan harian dari hasil penjualan gula kelapa. dan warung hidup yang dikelolanya di sekitar rumah (pekarangan). Rata-rata kepala keluarga (KK) dapat memproduksi gula kelapa sebanyak 3-4 kg per hari. Sementara itu, tanaman palawija (kacang tanah, ketela pohon); tanaman obat (jahe); tanaman rempah (pala, cengkeh, kopi, lada); tanaman hutan (melinjo, petai, jengkol) dan tanaman buah-buahan (duku, durian, kelapa) menjadi sumber pemasukan lain bagi kebutuhan yang lebih besar seperti biaya sekolah, biaya kesehatan dan pemeliharaan rumah. Adapun, tanaman kayu (albasia, jati, mahoni, sonokeling, akasia) baru dipanen saat petani membutuhkan biaya dalam jumlah besar, seperti investasi (membeli tanah, sawah), pernikahan, kesehatan, dan pembangunan rumah.
Roda perekonomian pada sektor pertanian berjalan dengan adanya jual-beli antara petani sebagai produsen dengan lembaga pemasaran (tengkulak, pengepul). Sebagian besar tengkulak merupakan penduduk Kemawi, sehingga sebagian besar dari mereka juga menjadi pemilik warung untuk menyediakan kebutuhan petani sehari-hari. Jadi ketika mereka membeli hasil petani, terutama gula kelapa, biasanya dibarter/ditukar dengan barang yang dibutuhkan oleh petani. Berdasarkan Kecamatan Somagede dalam Angka Tahun 2005, di Kemawi terdapat 43 warung yang tersebar di 16 dusun, maka di setiap dusun terdapat sekitar 2-3 warung. Menurut Pujo, salah satu pedagang di dusun Cerean, transaksi atau jual-beli yang lazim dipraktekannya adalah tebas atau ijon. Menurut penuturannya, tanaman yang sering dijual secara tebas oleh petani adalah cengkih, petai, jengkol, pala, melinjo, durian, dan duku jika hasil produksi tanamannya melimpah; dan kayu jika jumlahnya sedikit. Khusus, untuk komoditas cengkih, pala dan melinjo, ia melakukan nilai tambah dengan menguliti buah dan pengeringan, sehingga harga jual ke pengepul menjadi lebih tinggi. Pada musim panen raya, ia bisa mengepul 1 ton buah cengkeh basah dan sekitar 5 kuintal pala basah. Sementara itu, tanaman yang sering di-ijon-kan oleh petani adalah cengkih dan pala. Praktek ini dilakukan jika ada petani yang sedang benar-benar membutuhkan uang, sehingga semata-mata bukan untuk mencari keuntungan akan tetapi juga memberikan bantuan.
Menurut Junaedi, Ketua KSM Sekar Kuning, budaya tebas dan ijon, telah menjadi hal yang akrab bagi petani Kemawi, bahkan telah mendarah daging. Petani lebih menyenangi menjual secara tebas karena mereka tidak perlu melakukan pekerjaan tambahan (pemetikan hasil) ketika panen tetapi sudah langsung menerima uang cash, “nyingget pegawean Mbak, dadi bisa nyekel gawean liyane” ujarnya sambil tersenyum. Alasan lain yang sering diutarakan untuk lebih memperkuat pilihan cara penjualan tebas adalah mereka membutuhkan sejumlah uang yang harus dipenuhi dalam tempo waktu yang cepat.”Dadi nek wohe wis katon abang-abang utawa mateng , ya cepet-cepet bae ditawakna maring tengkulak Mbak, apa maning nek wis kudu mbayar utang, yang langsung bae cepet-cepet didol,” penjelasannya lebih lanjut. Beberapa petani, seiring dengan perbaikan infrastruktur jalan dan kemudahan untuk memperoleh akses kendaraan kredit pun memilih untuk menjual langsung hasil buminya ke Pengepul di Kecamatan. Dua sentra pengepul yang sering dikunjungi petani maupun tengkulak Kemawi adalah Sokawera dan Somagede. Infrastuktur jalan yang telah diperbaiki pada akhir 2003, diakui sangat berkontribusi dalam pemasaran produk mereka karena bisa lebih mendekatkan mereka ke pasar (jarak Desa Kemawi ke pasar terdekat sekitar 10 km) dan memudahkan mereka dalam memperoleh informasi pasar produk. Pak Junaedi mencontohkan, Saat panen petai kemarin ia bisa mengetahui harga jual petai di Sumpiuh lebih mahal dibandingkan Sokawera yaitu Rp 6.000,- per bendel, jadi terdapat selisih Rp 1.000,- per bendel dibandingkan harga yang ditawarkan oleh Pengepul di Sokawera Rp 5.000,-, walupun sebenarnya harga keduanya sangat murah. Hal ini memang salah satu kelemahan produk pertanian, karena produk pertanian yang cenbderung homogen dan diproduksi secara massal mudah diperoleh dari produsen (petani) mana saja, sehingga jika petani menaikkan harga, pembeli dapat mencari dari produsen laiinya. Walaupun melakukan penjualan sendiri ke pengepul, sebagian besar produk pertanian tetap dijual secara mentah karena mereka “sungkan” (tidak telaten) untuk melakukan pasca panen produk. Walaupun, harga beli yang diterima murah, dan sering dikeluhkan, praktek ini tetap dijalankan hingga sekarang.
Salah satu tengkulak (pengepul di tingkat desa) yang sudah memulai usahanya sekitar tahun 1985, Salud, menuturkan, sekitar awal tahun 2002, persaingan pemasaran di wilayah Kemawi cenderung lebih berat. Hal itu disebabkan banyak tengkulak baru yang mulai ikut bermain untuk turut mengais rezeki. Pria yang telah menekuni profesi pedagang selama 13 tahun ini menuturkan bahwa saat ini, dia mengkhususkan diri untuk menampung hasil gula kelapa dari petani di sekitar tempat tinggalnya (dusun Wanacala,Wanasari dan Wates) untuk dipasarkan ke luar kota, Yogyakarta dan dijual ke pengepul kecamatan, Pak Hodo, di Somagede. Sebelumnya, ia juga mengepul berbagai macam produk pertanian yang dihasilkan di Kemawi seperti petai, cengkeh, melinjo, jengkol, duku, kayu dan sebagainya, bahkan ia mendatangi lokasi-lokasi panen di wilayah Kemawi untuk mencari barang. Ketika itu, ia bisa mengepul hingga 0,9-1 ton melinjo per hari, atau cengkeh sekitar 1 kwintal basah per hari. Khusus, komoditas gula kelapa, per hari tidak kurang dari 4 kwintal dapat ditampungnya, bahkan pada saat tertentu ia bisa mengepul sebanyak 9 kuintal per hari. Namun, saat ini dapat mengepul gula kelapa sebanyak 2,5 kuintal saja sudah disyukuri. “Yah rejeki kan kudu dibagi-bagi ya Mbak, masak sing liyane mlarat bae, inyong dhewek-dhewek makmur kan kurang bener”, candanya. Untuk mempertahankan petani pemasok gula, mau tidak mau ia harus menyediakan uang untuk memenuhi kebutuhan petani terlebih dahulu. Nampaknya, ini pilihan satu-satunya untuk mempertahankan produsen gula, ujarnya sambil tertawa. Diakui, olehnya semenjak perbaikan infrastruktur jalan, mulai banyak penduduk Kemawi yang menjual langsung dagangannya ke pengepul di bawah (Sokawera dan omagede) dengan motor kreditan, mengurangi pendapatannya. Untuk tambal sulam, pendapatan yang hilang, karena petani kini tidak lagi menjual barang kepadanya, ia kini menjual jasa transportasi.
Ditanya tentang praktek ijon, pria beranak tiga ini, menuturkan, bahwa dirinya sudah jarang sekali melakukannya. Menurutnya, praktek ijon lebih banyak menguntungkan salah satu pihak, sehingga pihak lain banyak dirugikan. Ia melakukan ijon, jika kondisi petani yang meminta ijon memang benar-benar membutuhkan. Menurutnya, keuntungan ijon mirip riba, sedangkan riba diharamkan oleh agama, jadi ketika ia melakukan ijon. Beberapa petani mulai meninggalkan praktek ijon saat ini, tambahnya.
Nampaknya praktek-praktek jual-beli atau pemasaran produk pertanian yang ada di Kemawi, sudah sedemikian mapan sebagai pilihan cara terbaik petani menjual produknya kepada pembeli. Bahkan ketika petani sebenarnya merasa dirugikan dengan nilai tukar rendah dari tengkulak/pengepul, mereka tetap memilihnya, karena tidak ada alternatif cara lain yang lebih baik atau menjanjikan bahwa cara lain ini dapat memberikan nilai tukar yang lebih tinggi bagi produk mereka. Selain itu, akses dan informasi pasar yang lebih luas juga belum bisa diperoleh oleh petani, disamping sifat individual petani untuk melakukan jual-beli. Transaksi yang terjadi memang tidaklah sesederhana tentang petani menjual produk kepada orang lain, akan tetapi rentetan ketergantungan petani kepada tengkulak/pengepul juga merupakan salah satu jerat yang sulit untuk dilepaskan begitu saja oleh petani, seperti pinjaman atau kredit dari lembaga pemasaran yang bersifat mengikat sehingga memperlemah kedudukan petani dalam proses penentuan harga. Pola pikir yang ada dan gaya hidup yang dipilihnya ikut berkontribusi di dalamnya, sehingga pengelolaan aset-aset yang dimiliki habis untuk membiayai pola dan gaya hidup konsumtif.
Untuk permasalahan pemasaran di Kabupaten Banyumas secara luas, nampaknya Pemda melalui Dinas terkait belum bisa menjembatani kebutuhan ini. Pasar lelang Barlingmascakeb sepertinya belum bisa menyentuh persoalan mendasar petani, seperti penyediaan akses pasar dan bagaimana meningkatkan posisi tawar petani dalam pasar. Beberapa hal yang telah diperankan Dinas terkait untuk meningkatkan posisi tawar petani adalah program pelatihan pasca panen untuk memberikan nilai tambah pada bentuk. []
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari makalah di
atas dapat di ambil kesimpulan bahwa koperasi adalah badan usaha yang sangat
penting untuk dikembangkan untuk menopang perekonomian dalam suatu masyarakat. selain
dapat memudahkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya, koperasi juga dapat
membantu para pengusaha kecil untuk
menghemat biaya bahan baku atau memudahkan para pengusaha kecil di dalam
mendapatkan bahan baku untuk barang produksinya, yaitu menjadikan koperasi
sebagai wadah penyedia bahan baku bagi para pengusaha kcil. Koperasi juga dapat
dijadikan wadah untuk menghemat biaya distribusi suatu produk. Selain itu dengan
adanya koperasi, pengusaha kecil akan terhindar dari permainan harga dari
produsen bahan baku terutama pada pengusaha kecil yang bahan bakunya bergantung
pada musim. Pengusaha kecil juga dapat mendapatkan bahan baku dengan harga yang
lebih murah karena koperasi akan membeli bahan baku dalam jumlah banyak untuk
para pengusaha berbeda jika pembeliannya secara individu.oleh karena itu
koperasi ini sangatlah penting untuk diperkenalkan pada masyarakat karena
sifatnya yang sangat membantu dan bersifat gotong royong. Mengingat koperasi
sudah mulai enggan digunakan oleh masyarakat dengan adanya banyak persaingan
badan usaha dan lembaga-lembaga keuangan swasta lain yang juga menyediakan
pelayanan bagi masyarakat.
Daftar Pustaka
Ign. Sukamdiyo, 1996, Manajemen
Koperasi, PT. Erlangga : Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar