BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar belakang
Di dalam suatu perusahaan, terdapat
berbagai macam fungsi yang bergerak dalam bidangnya masing-masing. Salah
satunya adalah fungsi pengendalian : fungsi pengawasan. Pengawasan sangat
penting di dalam suatu perusahaan. Karena pengaruhnya sangat besar terhadap
kinerja suatu perusahaan tersebut. Fungsinya adalah untuk megontrol jalannya
kinerja suatu perusahaan. Yang dikontrol meliputi kartu nilai seimbang,
perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif internal, dan perspektif
inovasi dan pengetahuan.
Jadi, fungsi pengendalian ini harus
dimiliki setiap perusahaan yang ada di dunia agar perusahaannya tetap berada di jalur yang benar dan tetap
memperoleh keuntungan yang ditargetkan. Maka dari itu setiap mahasiswa harus
mengetahui apa yang dimaksud dengan fungsi pengawasan dan apa saja yang ada di
dalamnya.
2.
Rumusan masalah
a) Apa yang dimaksud dengan fungsi
pengawasan ?
b) Bagaimana proses pengawasan tersebut ?
c) Apa saja metode-metode pengawasan ?
d) Apa saja yang akan diawasi ?
3.
Tujuan
a) Agar mahasiswa mengetahui pengertian
fungsi pengawasan.
b) Agar mahasiswa mengetahui proses-proses
pengawasan.
c) Agar mahasiswa mengetahui metode-metode
pengawasan.
d) Agar mahasiswa mengetahui apa saja yang
harus diawasi.
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
1.
Pengertian pengawasan
Pengawasan merupakan proses umum dari
standar baku dalam mencapai tujuan organisasi, membandingkan pelaksanaan yang
sebenarnya dengan standar-standar tersebut, kemudian apabila diperlukan,
mengambil tindakan perbaikan untuk mengembalikan kinerja kepada standar-standar
tersebut.
Pengontrolan dicapai ketika prosedur
perilaku dan pekerjaan disesuaikan dengan standar yang ada dan tujuan
perusahaan dapat dipenuhi. Setelah pemboman terjadi, pengontrolan diperketat
karena pihak-pihak yang berwenang berusaha menjamin keamann individu dengan
memastikan bahwa prosedur keamanan telah ditaati.[1]
2.
Proses
pengawasan
Dasar proses-proses pengawasan adalah
mulai dengan menentukan standar-standar pelaksanaan yang jelas, melibatkan
suatu perbandingan pretasi nyata dengan prestasi yang di inginkan, mengambil
ketindakan perbaikan jika di perlukan untuk memperbaiki kekurangan dalam
pelampiasan, merupakan proses yang dinamis yang terdiri dari 3 metode dasar:
mengontrolan berdasarkan umpan balik yang terjadi persamaan dan pengontrolan
sebelum terjadi.
2.1 Standar-standar
Proses pengontrolan dimulai ketika para
manajer menentukan tujuan seperti, meningkatkan kepuasan pelanggan menjadi 90
per atau meningkatkan penjualan sampai 5 per. Perusahan kemudian mengkhususkan
standar pelaksanaan yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan tersebut.
Standart adalah merupakan dasar perbandingan untuk mengukur tingkat pelaksanaan
organisasi dengan memuaskan atau tidak memuaskan.
Perusahaan
perusahaan juga menentukan standar-standar dengan mendengarkan keluhan
pelanggan atau dengan mengamati perilaku pesaing. Langkah pertama cara
menentukan standar adalah dengan menentukan apa yang akan di bandingkan.
Perusahaan dapat membandingkan apa saja, mulai dari siklus waktu sampai
kwalitas. Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi perusahaan- perusahaan
yang akan di bandingkan dengan standar- standar yang anda miliki. Langkah
terakhir adalah dengan mengunpulkan data untuk menentukan standar- standar
pelaksanaan dari perusahaan lain.
2.2 Perbandingan standar
Langkah proses pengontrolan
berikutnya adalah membandingkan prestasi actual dengan standar- standar
prestasi. Kwalitas perbandingan sangat tergatung pada system pengukuran dan
system informasi yang digunakan perusahaan untuk tetap mengikuti jalur
prestasi. Semakin baik sistemnya, semakin mudah bagi perusahaan untuk melacak
kemajuan dan mengidentifikasi masalah yang perlu di perbaiki.
2.3 Tindakan perbaikan
Langkah
berikutnya dalam proses pengontrolan adalah mengidentifikasikan menyimpangan
prestasi, menganalisisnya, kemudian mengembangkan dan melaksanakan progam-
progam untuk memperbaikinya secara teratur
kinerja yang sering mendapat penghargaan akan membuat karyawan dan
manajer mengikuti alur prestasi untuk kemudian menyesuaikanya pada usaha,
pengarahan, dan strategi. Salah satu contoh dalam mengidentifikasi dan
memperbaiki penyimpangan prestasi adalah dengan mengaudit mutu pelayanan.
2.4 Proses dinamis
Pengontrolan
merupakan proses yang dinamis dan berkesinambungan hal itu di mulai dengan
prestasi nyata dan mengukur prestasi tersebut. Kemudian manajer membandingkan
prestasi dengan standar- standar yang akan di tentukan. Jika mereka
mengidentifikasikan adanya penyimpangan dari standar prestasi mereka
menganalisis penyimpangan tersebut dan menentukan progam perbaikan. Lalu
melaksanakan progamnya (diharapkan untuk mencapai prestasi yang di inginkan). Untuk
mempertahankan tingkan prestasi tetap pada standarnya, manajer harus mengulang
kembali proses keseluruhan secara terus menerus seperti putaran tanpa akhir.
Jadi pengendalian bukanlah suatu kerja atau hasil sekali saja. Hal itu
berlangsung berulang kali (dalam proses yang dinamis) dan memerlukan perhatian
seorang manajer dari hari ke hari, minggu ke minggu, bahkan bulanan.
2.5 Pengontrolan umpan balik, yang terjadi bersamaan
dan pengontrolan sebelum terjadi
Ada
3 metode dasar pengontrolan yaitu pengontrolan umpan balik, pengontrolan yang
terjadi bersamaan dan pengontrolan sebelum terjadi. Pengontrolan umpan balik
adalah mekanisme pengumpulan informasi tentang ketidak sempurnaan prestasi
setelah terjadi. Informasi ini selanjutnya digunakan untuk memperbaiki atau
mencegah ketidak sempurnaan prestasi berikutnya.
Pengendalian yang terjadi secara
bersamaan merupakan suatu mekanisme untuk mengumpulkan informasi mengenai
kekurangan prestasi pada saat terjadinya. Lagi pula, pengendalian ini merupakan
peningkatan atas umpan balik, karena berusaha menghilangkan atau mempersingkat
kelambanan antara hasil dan umpan baliknya tentang kinerja.
Pengendalian sebelum terjadi
merupakan suatu mekanisme untuk mengumpulkan informasi mengenai
kakurangan-kekurangan dari kinerja sebelum hal itu terjadi. Kebalikan dari
pengontrolan umpan balik dan pngontrolan yang sedang terjadi, yang member umpan
balik atas dasar keluaran dan hasil, pengendalian sebelum terjadi menyediakan
informasi mengenai kekurangan pada kinerja dengan memonitor input bukan output.[2]
3.
Metode-metode pengawasan
Terdapat lima metode yang berbeda yang
dapat digunakan oleh manajer untuk mencapai control dalam organisasi mereka
yaitu pengontrolan birokrasi, pengontrolan tujuan, pengontrolan normative,
pengontrolan konsertif, dan pengendalian diri.
3.1 Pengontrolan birokrasi
Adalah
pengontrolan dari atas ke bawah, dimana manajer berusaha untuk mempengaruhi
perilaku karyawan dengan member penghargaan atau hukuman bagi karyawan atas
kepatuhan atau ketidak patuhan pada kebijakan, peraturan, dan prosedur
organisasi. Banyak karyawan beranggapan bahwa manajer birokrasi menekankan
lebih pada penghukuman karena ketidak patuhan dibanding penghargaan karena
kepatuhan.
Karakter
lain dari pengontrolan birokratis perusahaan adalah bahwa sehubungan dengan
pengambilan keputusan yang didorong oleh kebijakan dan peraturan,
perusahaan-perusahaan tersebut sangat bertentangan kepada perubahan dan
kelambatan dalam menanggapi pelanggan dan perusahaan competitor.
3.2
Pengontrolan
objektif
Pada banyak perusahaan, pengontrolan
birokratis berkembang menjadi pengontrolan objektif (tujuan) yang merupakan
penggunaan hasil observasi tentang perilaku atau keluaran karyawan untuk
menilai prestasi dan mempengaruhi perilaku. Pengontrolan objektif berbeda dengan
pengontrolan birokratis dimana manajer lebih berfokus pada observasi atau
pengukuran perilaku atau prestasi karyawan dibanding berfokus pada kebijakan
dan peraturan.
Pengontrolan perilaku adalah peraturan
atas perilaku dan tindakan saat karyawan melaksanakan pekerjaannya. Asumsi
dasar pengontrolan perilaku adalah bahwa jika anda melakukan hal-hal yang benar
(yaitu perilaku yang benar) setiap hari, maka hal-hal tersebut akan mengarah
pada pada pencapaian tujuan. Namun, pengontrolan perilaku masih berdasarkan
pada manajemen, yang berarti bahwa manajer bertanggung jawab untuk memonitor,
member penghargaan, atau menghukum karyawan untuk memperlihatkan perilaku yang
diharapkan atau tidak.
Selain mengukur apa yang manajer dan
karyawan lakukan, pengontrolan output mengukur hasil-hasil dari usaha mereka.
Sementara pengontrolan perilaku mengatur, memimpin dan mengukur bagaimana
perilaku karyawan atas pekerjaan, pengontrolan output memberikan kebebasan
kepada manajer dan karyawan untuk berkelakuan sepantasnya sepanjang hal itu
mengarah kepada pencapaian hasil yang khusus dan dapat diukur. Pengontrolan
output sering dirangkaikan dengan penghargaan dan intensif. Namun, tiga hal
tersebut harus terjadi untuk pengontrolan output dan penghargaan agar mengarah
kepada peningkatan hasil usaha.
Pertama, pengontrolan output harus dapat
diandalkan, adil, dan akurat. Kedua, karyawan dan manajer harus yakin bahwa
mereka dapat memberikan hasil yang diharapakan. Ketiga, penghargaan dan
insentif yang berkaitan dengan ukuran-ukuran pengontrolan prestasi, harus
benar-benar bergantung pada pencapaian standar-standar prestasi yang sudah
ditentukan.
3.3
Pengontrolan
normative
Selain memonitor peraturan-peraturan,
perilaku, atau prestasi, cara lain untuk melakukan control apa yang sedang terjadi
dalam satu organisasi adalah dengan membentuk keyakinan dan nilai-nilai dari
orang-orang yang bekerja disana melalui pengontrolan normative. Dengan
pengontrolan normative, sebuah perusahaan dapat secara luas membagikan
nilai-nilai dan keyakinan pedoman perilaku dan keputusan karyawan.
Pengontrolan normative dibagi dalam dua
cara. Pertaa, perusahaan-perusahaan yang menggunakan pengontrolan ini sangat
berhati-hati dalam menerima orang-orang yang akan bekerja untuk mereka.
Sementara perusahaan lain menyaring calon pegawai hanya berdasarkan kemampuan,
sebaliknya perusahaan yang menggunakan pengontrolan normative menyaring calon
pegawai berdasarkan sikap dan nilai-nilainya. Kedua, dengan pengontrolan
normative, manajer dan pegawai mempelajari apa yang boleh dan yang tidak boleh
mereka lakukan dengan cara mengamati pengalaman para pegawai dan mendengarkan
cerita-cerita yang dikatakan pelanggan tentang perusahaan.
3.4
Pengontrolan
konsertif
Sementara pengontrolan normative didasrkan
atas keyakinan yang kuat, dibagikan secara luas keseluruh perusahaan,
pengontrolan konsertif didasarkan kepada keyakinan yang dibentuk dan
dirundingkan oleh kelompok-kelompok kerja. Jadi, sementara pengontrolan
normative didorong oleh budaya organisasi yang kuat, pengontrolan konsertif
biasanya muncul saat perusahaan memberikan otonomi kepada kelompok kerja untuk
bertanggung jawab penuh dalam menyelesaikan tugasnya. Kelompok kerja otonom
merupakan kelompok yang beroperasi tanpa manajer dan bertanggung jawab penuh
untuk mengontrol proses, hasil, dan perilaku kelompok kerjanya sendiri.
Kelompok ini melakukan sendiri hal-hal seperti mempekerjakan, memberhentikan,
disiplin pegawai, jadwal kerja, pemesan bahan-bahan, penyusunan dan rapat-rapat
anggaran, dan pengambilan keputusan.
Pengontrolan konsertif tidak dibentuk
dalam satu malam. Kelompok kerja otonom berkembang melalui dua fase ketika
mengembangkan pengontrolan konsertif. Pada fase pertama, anggota kelompok kerja
otonom belajar untuk saling bekerja sama, saling mensupervisi pekerjaan, dan
mengembangkan nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan yang akan menuntun dan
mengontrol perilaku mereka. Fase kedua dalam pengembangan pengontrola konsertif
adalah kemunculan dan formaliasasi aturan-aturan yang objektif untuk menuntun
dan mengontrol perilaku.
Ironisnya, pengontrolan konsertif dapat
lebih menekan pegawai untuk memenuhi harapan-harapan dibandingkan pengontrolan
birokratis.dibawah pengontrolan birokratis kebanyakan pegawai hanya khawatir
tentang bagaiman menyenangkan atasan. Akan tetapi, dalam pengontrolan
konsertif, mereka harus menjaga seluruh anggota tim merasa puas atas perilaku
mereka.
3.5
Pengontrolan
diri
Disebut juga manajemen diri, merupakan
system pengontrolan dimana manajer dan karyawan mengontrol perilaku mereka
sendiri. Bagaimanapun, pengontrolan diri bukan berarti kebebasan dimana setiap
orang boleh melakukan apa yang diinginkan. Dalam pengontrolan diri atau
manajemen diri, pemimpin dan manajer menyediakan batasan-batasan yang jelas
bagi karyawannya sehingga mereka dapat menuntun dan mengontrol tujuan dan
perilaku sendiri. Pemimpin dan manajer juga mendukung pengontrolan diri dengan
mengajarkan kepada yang lain keahlian yang dibutuhkan untuk memaksimalkan dan
memonitor efektivitas pekerjaan mereka sendiri. Sebaliknya, individu-individu
yang mengatur dan memimpin diri mereka membangun pengontrolan diri dengan cara
menentukan tujuan mereka sendiri, mengontrol kemajuan mereka sendiri, memberi
penghargaan, atau menghukum diri mereka sendiri apabila tujuan tercapai atau
tidak,dan membentuk pola pikir positif yang mengingatkan mereka akan
kepentingan tujuan dan kemampuan mereka untuk mewujudkannya.[3]
4.
Apa yang akan dikontrol
1. Kartu nilai
seimbang
Pada bagian besar perusahaan,
kinerja di ukur dengan menggunakan ukuran standar keuangan dan akutansi.
Seperti pengembalian modal, pengembalian asset, pengembalian investasi, arus
kas, pendapatan bersih, keuangan bersih, dan lain-lain.
Kartu nilai seimbang mendorong manajer
untuk melihat melebihi ukuran keuangan tradisional ke empat persepektif yang
berbeda atas prestasi perusahaan. Bagaimana pelanggan melihat kita? Kita harus
unggul dalam hal apa? Dapatkah kita terus memperbaiki dan menciptakan nilai? Bagaimana
kita memandang para pemegam saham.
Kartu nilai seimbang memiliki beberapa
keunggulan di atas proses pengontrolan tradisional yang hanya bergantung pada
ukuran keuangan pertama, hal itu mendorong manajer pada setiap tingkatan di
perusahaan untuk menyusun tujuan khusus dan ukuran kinerja di ke-empat area,
keunggulan kedua adalah dalam pengontrolan adalah dapat meminimalisi
kemungkinan hasil kurang optimal.
Kartu nilai seimbang di bagi
menjai 4 yaitu:
4.1.1
mengontrol nilai tambah ekonomi
pendekatan tradisional untuk mengontrol
prestasi keuangan berfokus pada pengukuran seperti rasio analisis keuangan,
arus kas, anggaran modal, neraca, dan laporan laba/rugi.
Nilai tambah ekonomi sangat mudah di
mengerti oleh manajer dan karyawan. Itu adalah jumlah di mana keuntungan
(setelah biaya) melebihi biaya modal yang di keluarkan dalam tahun yang
bersangkutan. Hal ini di dasarkan pada pemikiran sederhana, bahwa modal di
butuhkan untuk menjalankan bisnis, dan modal datang dengan biaya.
Biaya modal paling umum adalah bunga yang
di bayar untuk pinjaman jangka panjang yang di gunakan untuk membeli semua
sumber daya, bunga yang di pegang pada pemegang surat berharga (yang
meminjamkan uang pada organisasi), dan dividen (pembayaran tunai) dan
petumbuhan nilai saham yang di miliki oleh pemegang saham. Mengontrol nilai
tambah ekonomi adalah positif apabila keuntungan perusahaan (pendapatan
dikurangi pengeluaran dikurangi pajak) melebihi biaya modal dalam tahun
tersebut.
4.1.2
pengontrolan keluhan pelanggan
4.1.3
mengontrol kualitas
kualitas ditentukan dan di ukur secara
khusus dalam 3 cara: keahlian, nilai dan sesuai dengan harapan. Apabila
perusahaan menetapkan bahwa tujuan kualitas sebagai keunggulan, kemudian
manajer harus mencoba untuk mengsasilkan produk atau jasa yang tidak melampaui
prestasi dan hasil.
Nilai adalah persepsi pelanggan di mana
kualitas produk adalah sangat baik untuk harga yang di tawarkan, dengan harga
yang lebih tinggi, contohnya pelanggan merasa nilai produk berkurang.apabila
sebuah perusahaan menetapkan nilai sebagai tujuan kualitasnya, manajer harus
terus menerusmengontrol, keunggulan, harga, kekuatan atau ciri-ciri lain dari
produk atau jasa yang sangat menghubungkan pelangan dengan nilainya. Bila
sebuah perusahaan mendefinisikan tujuan kualitasnya sebagai penyesuaian
spesifikasi, pekerja harus mendasarkan keputusan dan tindakan pada apakah jasa
dan produk diukur dengan standar spesifikasi. Berbeda dengan keunggulan dan
definisi dasar kualitas yang dapat menjadi dua arti, mengukur apakah produk dan
layanan” masuk dalam spesifikasi relative mudah
4.1.4
mengontrol limbah dan polusi
bagian akhir dari kartu nilai seimbang
adalah persepektif inovasi dan pengetahuan, menimbulkan pertanyaan, dapatkah
kita harus memperbaiki dan menciptakan nilai?, jadi persepektif inovasi dan
pengetahuan memusatkan perhatian pada pengembangan produk baru.ada empat tahap
untuk meminimalisi limbah, dengan mencegah dan mengurangi limbah yang
memproduksi minimalisasi terbesar limbah. Tahap puncak adalah penceggahan dan
pengurangan limbah, di mana tujuanya adalah untuk mencegah limbah dan polusi
sebelum terjadi, atau untuk menguranginya apabila terjadi, terdapat 3 startegi
pencegahan yaitu:
·
pemeliharaan yang baik
·
bahan baku atau produk subsitusi
·
modifikasi proses
tingkatan kedua dari minimalisasi
pembuangan adalah mendaur ulang dan menggunakan kembali. Pada tingkatan ini,
pembuangan di kurangi dengan menggunakan kembali bahan- bahan yang masih
memungkinkan, atau dengan mengumpulkan bahan- bahan untuk di daur ulang.
Tingkatan ketiga dari minimalisi
pembuangan adalah pengolahan limbah, di mna perusahaan manggunakan bahan
biologis, kimiawi, atau proses lain untuk mengubah potensi pembuangan berbahaya
menjadi campuran yang tidak membahayakan atau digunakan untuk produk sampingan.
Tingakatan terakhir dari minimalisasi
pembuangan adalah pembuangan limbah, limbah yang tidak dapat di hindari, di
daur ulang, di gunakan kembali, atau di olah harus di buang dengan aman ke
lingkungan daratan yang aman yang dapat mencegahnya dari kebocoran dan kerusakan
pada tanah dan persrediaan air tanah.
0 komentar:
Posting Komentar