BAB I
PENDAHULUAN
Doktrin islam secara substansial,tidak hanya semata bernuansa
kerohanian,dalam artian mengklaim hubungan secara vertical dengan tuhan saja,
sehingga otoritas agama hanya terbatas kepada sesuatu yang berifat ukhrowi.
Akan tetapi lebih dari itu,doktrin islam bersifat komprehensif yang meliputi
nuansa keduniawian,menyangkut hubungan horizontal sesama manusia dan makhluk
lingkungan. Bahkan Allah sendiri lebih menekankan hubungan yang bersifat
horizontal sebagai jalan bebas hambatan untuk sampai kepada hal yang bersifat
ketuhanan.
sebagai tumpuan instruksi
tuhan dibeeri daya atau potensi untuk dapat berkreasi,kreatif dan dinamis dalam
manjalankan roda kehidupan,sekaligus harus mampu sebagai maintenans pelestarian
alam,mempertahankan keharmonisan alam,dalam artian secara moril manusia
dituntutuntuk bertanggung jawab atas segala aktifitas dirinya. Namun di sadari
kemampuan manusia adalah kemampuan manusiawi yang terbatas dalam radius
kemanusiaan,jauh di bawa kemahakuasaan tuhan.
Dalam islam, spesifikasi pengkajian yang menyangkut pengenalan
manusia dengan tuhan sehingga ia menyadari posisi dan keberadaanya dihadapan
penciptaannya(Allah) dikenala dengan pengkajian teologi. Teologi merupakan
instrument pembentukan sikap hidup rohaniyah yang harus memancar dan terlihat
dalam keseluruhan kehidupan jasmaniah atau lahiriah manusia. Dengan
demikian,melalui pengenalan teologi dapat melahirkan suatu pengakuan dengan
keyakinan yang bulat bahwa hanya Allah sendirilah yang berhak di sembah dan di
ibadati oleh hambanya.
Namun bertolak dari kenyataan bahwa sistim teologi yang di pwhami
selama ini.objek pembicaraannya bertumpu kepada masalah keesaan tuhan,sifat
tuhan dan keesaan perbuatan tuhan. Artinya hanya terbatas pada koridor
keakidahan murni,dengan kata lain hanya terbatas dalam dimensi
vertical,seakan-akan tidak ada keterkaitannya dengan pembentukan polah hidup
dan aktifitas social kemasyarkatan (muamalat) yang berdimensi horizontal,bahkan
terkesan pembicaraannya terlalu jauh intervensi terhadap urusan tuahn,mengurus
perbuatan tuhan,mengurus akhirat dan mengurus segala macam yang tidak dirasakan
(abstrak) daan belum dialami.
a.
Latar Belakang
Sehubungan dengan paradikma yang ada maka perlu melakukan kajian
teologi secar komprehensif sehingga terwujud suatu format teologi yang
menularkan dimensi ketuhanan pada setiap lini kehidupan dan kepentingan
menusia. Dalam artian teologi yang relevan dan kontektual dengan tuntutan
kekinian,yakni teologi yang berkaitan dengan masalah da norma-norma kemasyarakatan,kultur buday,serta
gejala-gejala empiric. Dengan demikian teologi akan mampu berperan aktifdalam
memberikan penjelasan-penjelasan dan makna-makna yang mendalam dari hakikat
hidup manusia sebagai hamba Allah dan pemegang mandat khalifah di bumi.
b. Rumusan
Masalah
1.
Bagaimanakah
peranan kontektualisasi teologi dalam perspektif muamalat?
2.
Bagaimana
Manusia dalam dimensi,seleksi dan kompetisi di dalam menerapkan teologi islam?
3.
Bagaimankah
cara menerapkan eksposisi Teologi dalam bermuamalaat?
c. Identifikasi
Masalah
·
Kontektualisasi
teologi dalam perspektif muamalat
·
Manusia dalam
dimensi,seleksi dan kompetisi di dalam menerapkan teologi islam
·
Eksposisi
Teologi dalam bermuamalaat
d.
Tujuan
Dengan
di buatnya makalah ini, tersusun beberapa tujuan :
1.
Mengetahui
peranan kontekstualisasi teologi dalam perspektif muamalat
2.
Mengetahui
peranan Manusia dalam dimensi,seleksi
dan kompetisi di dalam teologi islam
3.
Mengetahui
eksposisi Teologi dalam bermuamalat
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KONTEKSTUALISASI
TEOLOGI DALAM PERSPEKTIF MUAMALAT
Disiplin ilmu
yang khusus membahas tentang ketuhanan : Aqidah atau iman di kenal dengan ilmu
kalam atau teologi islam. Yaitu ilmu yang berisi alasan-alasan tentang
akidah/keimanan dengan dalil rasional,berisi pula bantahan terhadap orang yang
menentang akidah salaf dan ahlu al-sunnah. Teologi dalam pengertian yang
sederhana adalah ilmu yang membahas tentang tuhan dan pertaliaannya dengan
manusia,baik berdasarkan kebenaran wahyu maupun berdasarkan penyelidikan akal
murni. Dalam teks lain dikatakan yaitu suatu kajian yang ingin memahami
hubungan antara tuhan,manusia dengan alam. Jadi,dapat ditegaskan bahwa teologi
merupakan rangkuman kepercayaan terhadap tuhan dan pertaliannya dengan alam dan
manusia. Disini dapat di pahami bahwa teologi tentu saja menyentuh tatanan
social yang secara kongkrit di alami dan dirasakan dalam hidup keseharian. Dan
sebaliknya apabila teologi tidak membicarakan dan tidak memasukkan aspek social
kemasyarakatan sebagai bagian objek pembahasannya atau d pandang tidak
berwenang untuk itu,maka hal itu sebenarnya secara tidak disadari turut memberi
andil bagi timbulnya sikap sekuler dalam islam. Disisi lain muamalat mengandung
arti setiap sesuatu yang berkaitan dengan urusan kemasyarakatan,pergaulan
hidup.,dan sebagainya.
Sehubungan dengan
ini M.Hasbi Umar mengungkapkan bahwa muamalah meliputi masalah sosial yaitu
segala bentuk aktifitas masyarakat yang berkaitan dengan kebiasaan,cara-cara
dan hubungan antara mereka yang dapat diterima serta membentuk satu kesatuan
yang serasi. Ia juga meliputi kebudayaan dan perilaku anggota masyarakat dalam
menjalankan kehidupan mereka sebagai makhluk berbudaya.
Selanjutnya,di
fahami sebagai rangkuman kepercayaan terhadap tuhan dan pertaliannya dengan
alam,includemanusia,harus dijadikan sebagai energy penggerak dalam
memformulasikan sistim jaringan dengan pencipta,antara sesame manusia dan
makhluk persekitaran. Dengan demikian berteologi seseorang manusia akan
tergiring,bahwa segala aktifitas kehidupan berujung dan bermuara kepada suatu
keyakinan akan status diri manusia sebagai homo-religius (makhluk bertuhan)
yang pada gilirannya menjadi insan pengabdi kepada tuhan pencipta alam.
Bertolak dari konteks
ini dapat di pahami bahwa eksistensi teologi dari beberapa aspek fungsi tidak
terbatas hanya dalam batas keberakidahan dan keberibadatan,melainkan ia
berfungsi pula bagi sekalian aktifitas sosial. Dalam artian berteologi tidak
dalam bentuk rububiyah semata tapi juga meliputi uluhiyah. Maka substansi
teologi merupakan keterpaduan antara keesaan aqidah,keesaan ibadah,dan keesaan
muamalah. Artinya tuhan,manusia dan alam semesta sebagai suatu kesatuan
konsepsi teologis. Manusia sebagai abdi sekaligus dinyatakan sebagai khalifah
tuhan itu harus tetap konsisten berkemauan di dalam sekalian aktifitas
pembangunannya bagi kemakmuran dunianya. Dengan perkataan lain bagaimana
mengorientasikan paham ketuhanan itu dalam persoalan kealaman dan
kemasyarakatan.
Dewasa ini
tampak kecenderungan manusia untuk melalaikan kekuasaan tuhan yang
mutlak.terutama setelah sains modern mendominir dunia modern. Bahkan ada yang
meragukan bahwa rezki itu datangnya dari tuhan belaka,karena manusia sudah
dipengaruhi atau dikuasai oleh cara berfikir yang rasional,positif, dan
materialis, maka akhirnya mereka cenderung meninggalkan yang abstrak, yang
metafisis dan supra natural. Sebagai akibatnya mausia modern, selalu
mengidentikkan dengan rasionalisme,pragmatisme bahkan materialism.
Dalam pemikiran
teologi ortodoks, dahulu orang mau kaya bermohon kepada tuhan,lain sekarang,orang bergantung kepada ilmu ekonomi
dengan melalui pertanian,tambang,pabrik dan sebagainya,begitu juga kalau sakit
bermohon kepada dokter. Kalau hujan terus menerus orang meminta kepada seorang
insinyur teknik,karena dengan tekhnologi
dapat menggali terusan,membuat waduk,sehingga banjir tidak timbul dan
mendatangkan kerusakan.apalagi kalau diperhatikan perbedaan yang mencolok,yang
mungkin di dapati antara kedaan sebagian orang beragama dengan sebagian yang
kurang atau tidak beragama terutama di kota besar. Ada orang yang kuat beragama
tapi kehidupannya susah,ekonominya melarat,dalam sosial dimarginalkan dalam
politik lemah. Ada orang yang mengabaikan agama,kehidupan makmur,ia terpandang.
Bahkan ada pula yang tidak beragama malahan menentang agama,kehidupannya jaya.
Ada orang yang tidak mementingkan apa-apa yang yang diharamkan oleh agama lebih berhasil atau lebih banyak
mencapai kepuasan hidup daripada orang yang mengawal dirinya dengan apa-apa
yang dilarang oleh agama. Kenapa Negara-negara
sekuler lebih makmur dan maju daripada Negara-negara islam.
Dengan demikian diwujudkan sebagai solusi dalam merekontruksi arti
kehidupan manusia kepada sistim nilai islami Qur’ani,dimana setiap gerak dan
aktifitas melahirkan suatu keyakinan bahwa segala sesuatunya dikerjakan Karena
Allah;mematuhi Allah secara mutlak yang disebut memperhambakan diri.
B.
MANUSIA DALAM
DIMENSI,SELEKSI, DAN KOMPETENSI
Dalam konteks
makhluk sejagad raya ini manusia adalah salah satu makhluk ciptaan tuhan yang
serba komplit dan sempurna,manusia dilebihkan dan di istimewakan dari jenis
makhluk lain. argumentasi ini diperjelas oleh firman Allah yang bermakhsud”yang
membuat segala sesuatu yang dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai
pnciptaan manusia dari tanah.kemudian dia menjadikan keturunannya dari saripati
air yang hina. kemudian dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam rohnya dan
dia menjadikan bagi kamu pendengaran,penglihatan dan hati; (tetapi) kamu
sedikit lagi bersyukur.
Manusia dari
aspek biologis termasuk organis dari jenis hewan yang di klasifikasikan kepada
jenis insane. ia diciptakan berstatus dimensi ganda;rohani dan jasmani dengan
dimensi rohani ia memiliki potensi batin yang mampu menggerakkan subtansi
hiduppnya ke arah tujuan ia diciptakan,sedangkan ,sedangkan dimensi jasmani,manusia
di lengkapi dengan seperangkat daya, sehingga ia mennjadi kreatif,aktif dan
dinamis dalam mengelolah alam dan segala isi kandungannya,sekaligus ia diilhami
energy perasaan,lalu ia memiliki kemampuan menjaga dan mempertahankan
keharmonisan alam serta memelihara ekosistem alam. dan manusia sendiri dapat
merasakan bahwa dalam dirinya terdapat daya dan energy tersebut,menjadikan ia
percaya diri untuk menentukan sikap hidup yamng lebih baik dan terpuji, berarti
pula menunjukkan bahwa manusia berkemauan bebas dalam menentukan sikap dan
perbuatannya.
Pernyataan di
atas menunjukkan menusia memiliki keunggulan dan keistimewaan
diantaranya,karena kemampuannya dalam ilmu pengetahuan. kelebihan ini tidak
dimiliki oleh makhluk lain termasuk para malaikat. dalam ungkapan lain manusia
di unggulkan bahkan melebihi kekuatan jin karena pemilikan ilmu bila mampu
mengembangkan potensi diri di dalamnya atau aspek kerohanian dirinya menjadi
berilmu.
Islam sebagai
agama rasional dan agama ilmu pengetahua,ia sangat serasi dengan sifat-sifat
dasar manusia,ia diciptakan tuhan dinamis dan berilmu pengetahua. asal
penciptaan manusia (adam) adalah dari tanah bumi,kendati keturunannya tidak
disebut secara eksplisit dari tanah, namun sesuai dengan hasil penelitian
sains,unsure kimianya sama dengan kimiawi tanah bumi. jadi manusia adalah
makhluk bumi yang dibekali akal dan ilmu pengetahuan. karena ia akan mengemban tugas
kekhalifahan di bumi ini. berarti betapa canggihnya perkembangan ilmu
pengetahuan akan dapat di jangkau oleh daya nalar manusia karena penciptaan
alam dan manusia telah di beri keharmonisan indah dan merupakan satu kesatuan
yang organic.
C. EKSPOSISI
TEOLOGI ISLAM DALM BERMUAMALAT
Dalam doktrin suatu agama,iman atau
kepercayaan merupakan fondasi yang mendasari seluruh rancangan bangunan
berbagai institusi kehidupan manusia yang pada gilirannya bangunan pemikiran
yang akan di kontruksikan di atas pondasi tauhid,keakidahan(teologi). Dengan
demikian pemikiran teolog adalah suatu peemikiran fundamental,kritis dan
profetetik dengan segala realitas kongkrit tentang kehidupaan isi alam ini. Ia
bersifat transformative, dalam artian mampu mentransformasikan manusia sebagai
kholifah dalam proses penyempurnaan diri menuju insane kamil. Melihat
urgensinya persoalan iman atau akidah ini maka perlu dikaji menurut teori
keilmuan.
Bertolak dari fakta umum bahwa
diantara kelemahan umat islam ialah masih ada yang memandang bahwa islam itu
sebagai agama saja,seolah-olah islam tidak termasuk cakupan pengkajiannya soal
social,ekonomi,politik,ilmu,tekhnik,seni,dan filsafat. Lebih ekstrim lagi bahwa
kebudayaan bukan lingkup pengkajian islam. Hal ini tanpa disadari,umat islam
jatuh dimensi sekularisme.
Seperti yang telah disebutkan
sebelumnya,bahwa sebenarnya islam bukanlah agama yang hanya mengurus persoalan
hubungan vertical antara manusia dengan tuhannya yang bersifat ruhaniyah dan
sepiritual belaka,tetapi lebih jauh dari itu islam juga mengurus tata cara
hidup bermasyarakat,menerangkan hak-hak manusia antar sesamanya.
Namun salah satu produk pemikiran
aqidah islam dalam tradisi ilmu kalam atau teologi islam adalah apa yang di
kenal dengan The Greed Of Al Sanusi yaitu suatu kredo dogmatic dari abad kelima
belas yang digunakan dikalangan muslim bahkan hingga sekarang.
Dalam prakteknya teologi berperan
menggiring manusia kepada kehidupan yang berkualitas,yaitu beraktifitas sesuai
dengan status dan tujuan manusia di ciptakan. Hal ini dapat ditelisik dari
beberapa terminilogi berikut :
a)
Kepemimpinan
Umat
Islam mengajarkan bahwa seorang pemimpin
adalah satu kemestian dalam suatu kelompok masyarakat baik kelompok kecil
apalagi kelompok besar. Bertolak dari isyarat Al-Qur’an tentang pemimpin umat
jelas bahwa manusia pertama di muka bumi ini langsung diberi mandate sebagai
khalifah(pemimpin). Hal ini di jelaskan dalam firman yang bermakhsud :
“ingatlah
ketika tuhanmu berfirman kepada malaikat: ”sesungguhnya aku hendak menjadikan
seorang khalifah dimuka bumi”. Dan firman Allah :” dan dialah yang menjadikan
kamu penguasa-penguasa di muka bumi dan dia meninggikan sebahagiaan kamu
atas atas sebahagiaan (yang lain)
beberapa derajat,untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu.
Sesungguhnya tuhanmu amat cepat siksaannya dan sesungguhnya dia maha pengampun
lagi maha penyayang.
Dari aspek keimanan bahwa umat islam di
suruh mematuhi dan mentaati Allah kemudian Rosulnya. Seperti yang tertera dalam
firman :” hai orang-orang yang beriman,taatilah Allah dan taatilah rosulnya,dan
ulil amri di antara kamu. Kemudian rosulullah menegaskan dalam sebuah
hadiitsnya:”apabila tiga orang bepergian maka hendaklah mereka melantik salah
seorang di antara mereka sebagai ketua”.
Melihat dari beberapa isyarat Al-Qur’an
dapat di prediksi bahwa jabatan kekhalifahan di muka bumi,menjadi
keinginan setiap
makhluk:malaikat,iblis,bahkan termasuk hewan. Kelompok malaikat umpamanya dari
jawabannya dihadapan tuhan seolah-olah menetapkan criteria-kriteria siapa saja
yang sepantasnya menjadi khalifah;yaitu bertasbih dengan memuji dengan
terang-terangan menyatakan ketidak puasanya bila jabatan kepemimpinan di bumi
di mandatkan kepada selain dari kelompoknya,seperti yang di firmankan Allah “
hai iblis,apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan
dengan kedua tanganku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu(merasa)
termasuk orang-orangy yang lebih tinggi?” iblis berkata:”aku lebih baik
daripadanya,karena Engkau ciptakan Aku dari api,sedangkan dia engkau ciptakan
dari tanah.”
Sebagai kompensasi dari
kekecewaannya,iblis tidak mau tinduk atau sujud kepada Adam. Demikian juga
kelompok hewan,juga tidak puas dengan kepemimpinan manusia bila dikaitkan
dengan beberapa kelebihan dan keunggulannya. Karena,kelompok hewan juga
bertasbih dan sholat seperti yang dijelaskan dalm firman Allah : kepada-Nya bertasbih
apa yang ada di langit dan bumi dan juga burung dengan mengembangkan sayapnya.
Masing-masing telah mengetahui cara sembahyang dan tasbihnya,dan Allah maha
mengetahui apa yang mereka kerjakan”.
Sebuah kisah simbolis,yang terdapat dalam
sastra islam,yaitu kisah manusia dibawa kepengadilan atau mahkamah para hewan.
Hewan-hewan tidak rela lagi manusia memperalatkan mereka untuk kegunaan
transportasi,makanan ataupun mengambil bulu mereka untuk di jadikan pakaian.
Menurut pandangan para hewan,tidak alasan yang wajar untuk diberikan
keistimewaan kepada manusia,baik dari aspek kegagahannya,kebolehannya melayang
maupun kebolehannya bergerak di atas karena semua itu juga dimiliki oleh hewan.
Namun demikian diakui bahwa manusia mempunyai potensi akal yang sangat tinggi
tarafnya yang tidak dimiliki oleh hewan,sehingga tidak ada lagi hujahannya
untuk menentang atau menolak keunggulan manusia atas merek. Makhluk hewan
mempunyai nyawa yang menyebabkan hidup.namun tidak berfikir,mengembangkan
diri,merasakan keindahannya yang hanya dapat dilakukan manusia karena ia
mempunyai ruh. Ruh mempunyai beberapa kemampuan,seperti merasakan
keindahan,membentuk konseep-konsep,dan merasakan kebahagiaan.
Bertolak dari pernyatan di atas harus di
akui bahwa kepemimpinan manusia akan terdapat keunggulan-keunggulan yang
bersifat terpuji,di samping itu juga akan keunggulan-keunggulan dalam perbuatan
tercela,jika tidak di ilhami dengan perasaan berteologi sudah barang tentu
berpeluang banyak untuk melakukan penyimpangan-penyimpangan. Oleh karena
itu,Al-Qur’an memberikan patokan bahwa jangan ada sistim kepemimpinan yang
abadi. Pernyataan ini terdapat dalam firman yang bermakhsud:’dan masa (kejayaan
dan kehancuran) itu kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat
pelajaran)”.
Syekh Jamaluddi al-afhgani dengan tegas
menjelaskan harus ada pembatasan kekuasaan pemimpin sebagai pelaksana dan
penegak hokum sekaligus menerangkan syarat-syarat yang ahrus dimiliki oleh
seorang pemimpin. Maka yang memegang jabatan kepemimpinan,boleh siapa saja
asalkan orang islam yang beriman. Dan ini pulalah yang dikehendaki dalam teori
kepemimpinan menurut sistim telogi bermuamalat harus mau memperjuangkan nasib
rakyat dan tampil didepan.sebagai pemimpin tidak hanya duduk di meja.
b).
Peduli lingkungan
lingkungan yang di makhsudkan adalah
lingkungan alam sekitar manusia,dimana dalam konteks ajaran islam,manusia
dituntut untuk menjaga serta memelihara kelestariannya,karena jika tidak
demikian akan berakibat terjadinya kerusakan baik terhadap struktur alam maupun
kepada manusia itu sendiri. Didalam Al-Qur’an dengan tegas Allah berfirman”
telah Nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia,supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagiaan dari (akibat)perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.
Dari ayat tersebut di atas,jelaslah bahwa
kita tidaklah patut untuk melakukan kerusakan pada alam apa lagi untuk
memusnahkannya,karena manusia dan alam semesta adalah sama-sama makhluk Allah
yang kesemuanya itu bersujud dan mengabdi kepada-Nya. Indikasi bahwa ada
pelarangan mengganggu alam lingkungan terlihat dari firman Allah yang
bermakhsud :” dan janganlah kamu dekati pohon ini,yang menyebabkan kamu
termasuk orang-orang yang dzalim.
Pohon yang di larang oleh allah
mendekatinya tidak dapat dipastikan,sebab al-qur’an dan hadits tidak
menrangkannya. Ada yang menamakan pohon khuldi sebagaimana tersebut dalam surat
thaha ayat 120,tapi itu adalah nama yang di berikan syaitan. Tidak ada salahnya
jika dimaknai secara konekstual sesuia dengan kondisi kini,yaitu kerusakan alam
dengan perusakan hutan yang tidak ada batasnya atau lebih di kenal dengan
illegal loging,yang mengakibatkan terjadinya erosi dan polusi udara. Dengan
demikian,keadaan alam,lestari atau tidaknya tergantung kepada perilaku manusia
sebagai penghuni di atas bumi ini. Tindakan yang membawa kerusakan cepat atau
lambat pasti akan merugikan orang lain secara keseluruhan karena tindakan
seperti ini kontradiksi dengan prinsip-prinsip syariat.
Perusakan dengan semena-mena termasuk
penebangan hutan,merupakan perlakuan yang terlarang. Menurut hasbi
umar,perlakuan itu adalah suatu pelanggaran,perampasan hak orang lain,dan
generasi yang akan dating.dalam konteks teologi bermuamalat,seseorang hamba tentu saja
harus menjaga ekosistim alam,karena di dasari oleh kayakinan bahwa segala
sesuatu itu saling berkaitan dalam mewujudkan suatu keamanan yang terpadu dan
pada gilirannya akan mewujudkan suatu keyakinan bahwa makhluk,baik
manusia,hewan ataupun alam lingkungan sama-sama memperhambakan diri dan sujud
kepada tuhan pencipta alam.
c).
Persaudaraan
sikap berteologi harus dimiliki dengan
baik,dihayati,serta di mengerti secara benar, hal itu akan menimbulkan
kesadaran seseorang akan tugas dan kewajiban sebagai hamba Allah,termasuk
kewajiban dan tugas memelihara persaudaraan sesame manusia. Islam telah
menggariskan ersaudaraan sesame manusia untuk dipikul oleh umat islam yaitu
menyeru pemganutnya agar berada dalam satu kesatuan social dan membian
peradaban yang gemilang untuk menjadi contoh kepada seluruh umat manusia.
Karena itu dalam islam tidak ada sistim kelas,strata,dan kasta apalagi menyebut
ras dan etnis. Sistim social islam adalah bersifat universal,karena itu islam
menyuruh agar saling menghormati sesame insan tanpa mengambil kira,waran
kulit,bahasa dan bangsa. Setiap manusia yang lahir layak menjadi anggota
kesatuan manusia ciptaaan Allah dan dihormati,dipandang mulia sebagai saudara.
Di dalam Al-Qur’an di jelaskan :” hai manusia sesungguhnya kami menciptkan kamu
dari seorang laki-laki dan seorang peerempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.
Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal”.
Dalam ayat tersebut memang di jelaskan
seperti itu namun itu bukanlah untuk berbangga,panatik kesukuan (ashabiyah)
atau bangsa masing-masing melainkan supaya kita
saling berkenalan satu sama lain,saling memperkenalkan adat budaya yang
luhur dan bukan untuk merendahkan suku dan bangsa lain,karena kemulyaan itu
bukan terletak pada kebangsaan seseorang melainkan terletak pada ketaqwaaannya
kepada tuhan. Sehubungan dengan itu islam menentang keras sistim penghambaan
terhadap manusia,baik secara rela maupun secara paksa. Jiwa persaudaraan
sebenarnya merupakan fitrah atau naluri manusiawi yang di bawa semenjak lahir.
Oleh karena itu dikatakan manusia mempunyai potensi untuk selalu berbuat
baik,termasuk berbuat baik kepada sesame manusia,melakukan hubungan persaudaraan.
Dengan demikian,dapat di tegaskan bahwa
islam adalah satu agama yang mengajarkan kesetaraan. Dalam artian memandang
seseorang itu setara dan sama,tidak ada satu kelebihan atau kemulyaaan kecuali
kelebihan nilai-nilai ketaqwaan yang dimilikinya. Rosulullah pernah bersabda”
bangsa arab tidak lebih mulia dari bangsa non Arab,bangsa non Arab tidak lebih
mulia dari bangsa arab. Walaupun baginda adalah bangsa pilihan Tuhan. Dalam
konteks ini akan bermuara kepada terwujudnya jiwa persaudaraan di kalangan umat
islam. Sebagaimana di jelaskan dalam firman Allah yang bermakhsud “sesungguhnya
orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua
saudaramu dan bertakwa kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”.
Jadi,kehadiran islam sebagai agama rohmat
lil ‘alamin membawa umat manusia pada kedamaian,ketentraman,dan
kesejahteraan baik secara individual
maupun secara kolektif dalam koridor kehidupan social,berbangsa dan bernegara.
Bahkan dunia,sehingga lingkungan aman dan suasana kondusif akan selalu
terpelihara. Untuk menuju kearah itu,islam mengajarkan manusia untuk berpegang
pada prinsip-prinsip persaudaraan,sebagai refleksi teologis dari doktrin islam.
0 komentar:
Posting Komentar